Sabtu, 23 Agustus 2014

MENAPAKI LANGKAH DENGAN CINTA-NYA



Menapaki Langkah dengan Cinta-Nya

Empat puluh hari sepeninggalannya, belum mampu membuatku beranjak dari kedukaan, rasanya masih berat, belum ikhlas sepenuhnya.Tapi, inilah takdirNya, Allah sangat menyayanginya hingga mengambilnya begitu cepat, terlalu cepat malah. Padahal aku  belum puas meminangnya, aku belum puas menyusuinya, aku belum puas menciumnya, aku belum ingin berpisah dengannya.”


“Ya Rabbi…, bukannya aku tak ikhlas, tapi  diri ini belum siap atas kepergiannya yang terlalu cepat, dan atas kedatangannya ke dunia ini yang terlalu sebentar.


Ku pandangi gundukan tanah merah itu, tiba-tiba tubuhku terasa lemas ketika membaca tulisan yang tertera di batu nisan itu.

 “HASNA Binti ADI
 Lahir 4-2-2014
Wafat 23-2-2014”

Dengan sigapnya mas Adi buru-buru menopang tubuhku yang hampir saja roboh ke tanah.
Seperti mimpi. Rasanya baru kemarin aku melahirkannya, meminangnya, menyusuinya, menggendongnya, memandikannya, mengganti popoknya yang sudah penuh ompol. Dan kini…tak terasa air mataku mengalir deras, aku tak mampu membendungnya lagi. Mencoba untuk kuat, tapi aku belum bisa, aku belum sanggup menerima semua ini. Hanya dua puluh hari aku merasakan dan menikmati peran menjadi ibu bagi bidadari cantik yang kini telah pergi untuk selama-lamanya. 

Rabbi, begitu berat cobaan yang harus aku hadapi. Kehilangan kali ini benar-benar membuatku lebih syok dari yang dulu. Rasanya belum kering luka  juga kehilangan calon bayiku yang aku alami Dua tahun yang lalu, kini aku harus dihadapkan pada kejadian yang sama.
***
Tak pernah menyangka, yang awalnya aku kira akan baik-baik saja, dan akan tumbuh sehat seperti bayi-bayi yang lainnya, ternyata takdir berkata lain.Tragedi di petang itu memupuskan harapanku. Hasna, si bayi mungil  yang baru berusia dua puluh hari itu harus meregang nyawa, kala tersedak saat sedang menikmati ASI yang aku berikan. Aku panik luar biasa, hingga nyawanya tak tertolong lagi. Hanya air mata yang mampu mewakili perasaanku.Tak mampu berkata-kata, aku pasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Pemilik Hidup. Disinilah Allah mengujiku lagi dengan kehilangan anakku.

Tapi kali ini aku lebih tegar, meski sakitnya mampu membuat luka yang lalu tambah menganga.
Ku tilik lagi kisah Dua tahun yang lalu, tepatnya delapan  bulan di usia kandunganku, aku merasakan ada yang aneh dari dalam perutku.Tak ada gerakan aktif  juga  tendangan-tendangan calon bayiku yang sering aku rasakan disetiap harinya. Buru-buru aku dan mas Adi memeriksakannya ke bidan kandungan.  Innalilahi wainnailaihi roji’un….calon bayi yang kami idam-idamkan ternyata sudah tak bernyawa lagi.

Betapa syok dan sedihnya hatiku kala itu. Sudah kuusahakan Sebaik mungkin ku jaga kandunganku,akupun rutin memeriksanya ke bidan,tapi,entahlah… itulah takdir-Nya,mungkin Allah belum mempercayakan kami untuk menjaga titipan-Nya. Khuznudhon, aku harus berprasangka baik pada Sang Pemberi Hidup. Karena semua yang kita miliki adalah titipan, dan akan kembali kepada-Nya, pemilik yang sebenarnya.
Satu tahun setelah kegagalanku memiliki momongan, Allah meniupkan kembali roh ke dalam rahimku, sujud syukur atas karuniaNya. Akupun menyambutnya dengan suka cita. Baru saja aku merasakan kebahagiaan atas calon bayi yang kedua tiba-tiba aku mengalami pendarahan, aku keguguran saat kandunganku memasuki bulan ke Empat.

 Lagi lagi Allah belum mempercayakan kami untuk menjaga titipan-Nya.
Meski sedih,  tapi kali ini lebih bisa menerimanya dengan lapang dada. Aku pasang senyum ketegaran untuk menyambut masa depan. Masih ada kesempatan, apalagi usiaku kini masih Dua puluh Tujuh tahun. Aku percaya, Allah akan mengaruniakan kepada kami yang lebih baik.

Dibalik semua cobaan yang aku alami, tersirat banyak hikmah yang semestinya aku petik. Agar aku lebih intropeksi diri, adakah kesalahan juga dosa-dosa fatal yang telah kami lakukan?hingga berkali-kali  gagal memiliki momongan. Dan tak semestinya pula aku berprasangka buruk pada Allah, sungguh rencana-Nya adalah yang terbaik buat setiap hambanya. Aku hanya perlu bersabar, dan tak perlu meratapi kepergian mereka, ketiga anakku. Mungkin Allah belum mempercayakan mereka untuk dititipkan kepada kami. Mereka pasti lebih bahagia disana, di surge-Nya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Demi Dzat dan jiwaku berada di tangannya,sesungguhnya janin yang keguguran akan membawa ibunya ke dalam surga dengan bersama ari-arinya apabila ibunya mengharap pahala dari Allah(dengan musibah tersebut)”(HR.Ibnu Majah no.1690)

Dan kini, kutapaki langkah ini dengan cinta-Nya, yang telah menyadarkanku, menegurku dengan ujian kehilangan. Bahwa Allah ingin kami menjadi lebih baik. Ujian yang kami lalui dengan kesabaran akan meningkatkan kualitas diri ini. Rasulullah bersabda:

“Siapa saja yang dikehendaki allah menjadi baik,maka diberikan cobaan kepadanya”

Juga orang orang yang mengasaihiku,terutama mas Adi. Ya, mas Adi yang selalu mengingatkanku untuk tetap bersabar dengan cobaan yang bertubi-tubi aku alami. Agar kelak, aku dipersatukan kembali dengan anak-anakku di Akhirat nanti. Aamiin.

NB: Ini adalah kisah kakak ipar saya. Semoga dia tetap sabar dan diberi momongan lagi. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar