Sabtu, 24 Mei 2014

KEKECEWAAN DIRI



Ada rasa kecewa yang menyusup dalam sanubari…
Pelan-pelan, hingga kekecewaan begitu nyata…
Meski hati terasa sakit
Tapi, tersadar akan diri yang mungkin juga sebaliknya, mengecewakan…
  
Hanya diam yang bisa mengobati…
Menuangkan kekesalan cukup dalam hati
itu akan menjadikan  sedikit lebih tenang…
Terkadang berat, ingin melampiaskan rasa ini…
Tapi pada siapa?

Pantaskah demikian?
tak ada cara lainkah  tuk menghentikan kekecewaan ini?
Entahlah…..
Diri terasa lemah…
Keegoisan yang membuat segalanya jadi buta…
Buta akan cahaya kebaikan…
Buta akan  pelajaran hidup…
Mungkinkah, hanya demi kepentingan diri sendiri…
Panggilan Sang Ilahi terabaikan???                                        

FOR MY BROTHER



Aku mengkhawatirkanmu dik…
Sungguh, aku tak ingin kau terjebak pada pergaulan yang salah
Aku tak ingin kau gunakan waktu belajarmu tuk main-main
Aku hanya ingin kau menjadi anak yang pintar
Tidak sia-sia pengorbanan orang tua dalam membiayai sekolahmu

Dik…aku tak bisa berbuat apa-apa
Hanya doa yang selalu kupanjatkan dalam setiap sujud akhirku
Semoga kelak kau menjadi anak yang berguna
jadi anak yang berbakti pada orang tua , dan tidak salah pergaulan
                                                                                                                                                                                
Aku begitu mengkhawatirkan pergaulanmu dik…
Zaman sudah berubah
tekhnologi canggih
Janganlah kau terlena dengan kesenanganmu…
Carilah teman yang berakhlak baik…
                                                                                                                                                       
Dik, kenapa aku sedemikian?
dalam kecemasanku... aku menyayangimu
Sayang seorang kakak pada adiknya
Terbanyang jelas masa kecilmu dulu…
Tangisanmu, rengekanmu, kenakalanmu…
Ah…rasanya ingin menangis saja
                                                                                                                                                       Dulu…aku yang selalu menjagamu, menggendongmu
(terkadang kau terjatuh dari gendonganku)
Saat kau  sakit, sungguh mengharukan
Tapi, juga membuatku kesal dengan tingkahmu yang rewel
Yang paling berkesan adalah, ketika gigi-gigi mungilmu mulai bermunculan
 Aku kesakitan karna gigitanmu yang selalu mengenai bahuku
Juga detik-detik saat kau datang kedunia
Kenangan yang indah.

MEMORY "RENUNGAN"




Sesaat merenung…..mengingat masa tak lagi tersisa
kan terbuka pintu berpulang
menuju jalan tak dikenal
 dua arah berhaluan, petunjuk jalan tak lagi terang                                                                                                                       

Gelap gulita kian menghadang
menunggu sebuah doa dipanjatkan
Selang lama menunggu….
Tak ada doa penerang datang
hingga terperosok, jatuh, jauh menghilang……                                                                                   
Tersentak….terbangun dari lamunan
tak kuasa menahan air mata
yang kian meleleh membasahi muka
tersadar dari renungan sesaat
terucap kalimat-kalimat
doa-doa kian memperkuat
tuk teguhkan hati…

Tentang semua yang tlah diperbuat
dosa-dosa yang kian banyak
tempuh jalan dengan bertaubat
meski hati terasa bera
yang utama adalah niat
Jakarta,2009.
                                                                                


Kamis, 22 Mei 2014

EVENT DI PENERBIT HARFEEY(ALHAMDULILLAH LOLOS)



Menu Akhir Bulan
Jauh dari orang tua adalah tantangan terbesarku. Seumur-umur inilah pertama kalinya berjauhan dengan orang tua dan saudara-saudaraku. Meski masih se Kabupaten, tapi tetep saja aku belum sanggup berpisah dengan mereka. Tapi , aku juga ingin menimba ilmu untuk masa depan ku , orangtuaku, saudara-saudaraku, bahkan bangsaku. Awalnya aku bingung, setelah lulus SMP mau meneruskan kemana? Kakakku pun menyarankan untuk masuk ke Pesantren. 

Tinggal di pesantren ini melatihku untuk hidup prihatin, hidup hemat dan lebih mandiri. Apalagi orang tuaku tidak selalu bisa mengirimkan uang tiap bulannya, makhlum bapak dan ibuku hanya petani biasa dengan penghasilan yang tidak menentu. Jika dihadapkan situasi seperti ini,membuatku harus berfikir lebih kreatif. Bagaimana caranya agar tetap bisa makan meski tidak punya uang?

Hari itu kiriman uang dari bapak benar-benar sudah habis, pikiranku  gusar,  tidak tenang. Makan apa besok? Syukurnya persediaan beras masih ada, cukup untuk mengganjal perut dalam beberapa hari kedepan. Tapi, tidak ada uang sepeserpun yang ku pegang untuk membeli lauk. Terus aku makan sama apa?nasi saja kurang enak khan? Mau pinjam sama teman tapi, aku santri baru disini. Belum akrab dengan santri-santri yang lebih senior dariku, apalagi aku orangnya pemalu.
***
Pagi itu suasana dapur sedang rame-ramenya. Teman-teman sedang asyik memasak lauk. Biarpun aku tidak ikut iuran uang untuk membeli sayur, tapi aku tetap membantu mereka memasak didapur. Setelah semuanya beres dan teman-temanku mulai makan dengan lauk yang baru saja dimasak, aku hanya bisa pasrah sambil memegang piring berisi nasi tanpa lauk.Akupun menuju dapur, tidak ada sisa-sisa makanan , yang ada hanyalah minyak sisa menggoreng ikan, tanpa pikir panjang akupun mengambil minyak jelantah secukupnya yang masih diwajan penggorengan. Terpaksa pagi itu aku Makan hanya berlaukkan garam dan minyak jelantah(minyak bekas untuk menggoreng). Kalian ingin tahu bagaimana rasanya?(bagiku nikmatnya luar biasa,makhlum perut ndeso apapun enak)bolehlah dicoba….ambillah nasi yang masih panas(kalau nasi dingin kurang mantap) ke piring, lalu campur dengan garam dan minyak jelantah. Makanlah selagi hangat.

Dan ternyata, makan dengan lauk ala kadarnya itu jadi alternatife untuk hari-hari berikutnya jika uang kiriman dari bapak sudah habis.  Meski demikian, aku tidak pernah mengeluh. Aku jalani hari-hariku di pesantren dengan sungguh-sungguh,entah dalam hal mengaji,kegiatan social,dll.Karena kakakku selalu menasihatiku agar melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh,jangan setengah-setengah. Ibukupun selalu menanamkan sifat sabar , mungkin kalau bukan karna ibu, aku sudah pulang ke rumah, karena tidak tahan dengan hari-hari yang aku jalani di pesantren. Kurang lebih Dua tahun aku menjalani hari-hariku dengan keprihatinan. Tapi Allah tidak pernah tidur, lambat laun orang tuaku jadi sering mengirimkan uang. Otomatis aku tidak perlu makan nasi dengan lauk minyak jelantah dan garam lagi.

“sesusah apapun orang itu, jika bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu , pasti akan selalu ada jalan kemudahan untuk menghadapinya.”.Mungkin itu motivasi yang tepat untuk kondisiku.
Bukan itu saja , dengan melihat kesungguhanku dalam menuntut ilmu di pesantren , Ibu Nyai pun menggratiskan biaya bulanan dan makan untukku.  Alhamdulillah hirobbil’alamiin. Ditambah lagi,sekarang aku ikut Ibu Nyai di ndalem(sebutan untuk kediaman bu Nyai)bertugas  memasak untuk makan para santri-santri dan keluarga bu Nyai. Subhanallah, betapa Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar. Jadi,jangan pernah menyerah dengan kondisi apapun ya sobat.

EVENT KEPENULISAN



Rindu Untukmu
Kepada senja aku bertanya
Kemanakah gerangan kakinya berpijak?
Kemanakah gerangan kabar dirinya sekarang?
Kepada padi menguning aku bertanya
Ingatkah akan bocah-bocah berlarian,mengitari sawah dikala senja?
Ingatkah akan nyanyian-nyanyiannya,juga canda tawanya dalam kebersamaan yang ada?
Kepada rumput aku bertanya
Dulu,bocah-bocah kecil itu duduk berdampingan,bercengkerema dalam keriaan
Masih membekaskah dalam ingatanmu,rumput yang subur?
Kupandangi lagi hamparan sawah dengan padi kuningnya
Kuamati berkali-kali,kucari sosok demi sosok yang kurindukan
Nihil…satupun tak ada
Lalu,kepada burung aku berkata…
“bisikanlah kata rindu dari sahabat”
Burung itupun terbang tinggi dengan kepakan sayapnya yang indah
Berharap,bisikan kata rindu dari sahabat tersampaikan
Berharap, kenangan masa lalu dapat terulang
Tapi,senja tak lagi sama,jalan kita telah  berbeda,langkah ini…
Langkah yang tak lagi searah,beda haluan,beda tujuan
Segenggam harapan pengobat jiwa,kala rindu berbalut asa
Menyemangatiku tuk terus menunggu,kembalinya,keberadaannya
Meski takkan lagi bersama senja, bersenandung irama kicauan burung pipit
Meski takkan lagi bersama senja, menapaki langkah di pematang sawah
Tetap akan ku jaga,ku bingkai dalam kekhusyukan sujud PadaNya
PadaNya Sang Pemilik Jiwa,Pemilik Hati,Pemilik Rindu yang sempurna