Sabtu, 23 Agustus 2014

CATATAN KECIL



Bismillahirrohmaanirrohim
“Sebaik-baik lelaki adalah yang menghormati ibunya, mengutamakan wanita yang telah melahirkannnya, bukan malah lebih memikirkan wanita yang ditaksirnya. Itu hanyalah salah satu contoh, bagaimana memilih laki-laki yang baik.” Darwis Tere Liye.

“Sebaik-baik seorang wanita adalah dia yang menjaga kehormatan diri, tidak suka berkata kasar, lebih menghormati yang lebih tua, tidak suka membantah. Itu hanyalah beberapa contoh bagaimana memilih wanita yang baik.”Darwis Tere Liye.

Hidup teruslah berjalan seiring jarum jam yang terus berputar. Menjalaninya adalah anugrah, tetap bersyukur dan ikhlas dalam menjalani ketentuan-Nya, karena itu adalah yang terbaik untuk kita.                   
 Ketika harapan tinggalah harapan, ketika rasa tak mampu di ungkapkan, pantaskah harus menyalahkan diri? Atau keadaan? Berharap dia adalah yang terakhir, tapi masalah jodoh siapa yang tahu? 
                      
Benih-benih cinta tumbuh, menjadikan kuncup yang siap mekar, dan menunggu untuk menjadi bunga yang indah, semerbak mewangi adalah awal dari rasa optimis. Optimis dalam pengharapan, optimis untuk bisa melangkah kemasa depan, mengarungi hidup yang baru, berbagi suka dan duka.                            
Pada akhirnya, ketika kuncup yang siap mekar pupus diterjang bayu kehidupan, siapakah yang harus disalahkan? Pupus harapan memang menyakitkan, apalagi jika dalam hati sudah tertanam rasa sayang, rasa kepedulian… 

Tapi pantaskah hanya berdiam diri ? Tetap menunggu yang tak pasti? Menunggu orang yang belum tentu memiliki rasa yang sama.                                                                                                                                                      Ah… haruskah, haruskah bertahan ? Tetap pada pendirian? Ataukah harus mengakhiri pengharapan yang tak pasti?

Dilema itu menutup untuk lebih berfikir jernih. Sejernih air mata yang tak sengaja jatuh, mewakili luka yang menyayat hati. Butuh kekuatan untuk bangkit, bangkit dari pengharapan yang sia-sia. Kini saatnya berbenah diri, mengawali hari yang baru, menghapus rasa yang ada meski tak mudah.

Tapi percayalah, hapuslah atau sekedar menutupinya dengan kita melakukan sesuatu yang bermanfaat, seraya memperbaiki diri, menyiapkan hati yang baru untuk orang yang baru. Seseorang yang akan jadi bagian dari hidup kita, yang telah Allah tulis di Lauhul Mahfuzd, buku catatan kita. Itulah sebenar-benar jodoh. Jangan lupa untuk menyertakan calon jodoh kita dalam doa disujud akhir sholat kita. Semoga, kita dipertemukan dengan jodoh, sebenar-benarnya jodoh Aamin.
***
Catatan ini tertulis untuk mempersiapkan hati yang baru.
Intinya, ketika orang yang kita cintai ternyata ditakdirkan bukan untuk kita, itu adalah cara Allah dalam menyayangi kita. Agar kita tidak terjebak dengan cinta yang semu, cinta yang belum saatnya, cinta yang akan membawa kita kepada hal-hal yang dilarang-Nya.
Eh… ngomongin tentang cinta, sudah tahu belum artinya cinta yang sesungguhnya?

Sedikit kuperjelaskan (menurut buku yang saya baca) Cinta adalah rasa yang tumbuh berkat adanya ikatan, cinta pada orang tua, saudara kandung, itu disebut cinta karena ikatan keluarga.
Cinta pada pasangan disebut cinta karena ikatan pernikahan. Jika menyukai seseorang, bisa dipastikan itu hanyalah sebuah reaksi alamiah yang disebut syahwat. Syahwat hanya boleh disalurkan dalam ikatan pernikahan agar tumbuh dan berkembang yang namanya cinta. Kalau belum ada ikatan, keduanya hanya saling memuaskan, setelah itu usang, karna bisa melakukan hal yang sama pada orang lain. Syahwat yang dituruti akan membutakan matamu dan menulikan telingamu pada orang yang jauh lebih baik dan sepadan untukmu. Ibarat pepatah,’’membuang batu berlian demi seonggak besi mengkilat’’.


NB: Pernah dipost di fans page I lOVE ORIGINAL KAWAN IMUT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar