Kamis, 27 Maret 2014

Mereka Hanya Titipan

Satu persatu,meninggalkan kebersamaan yang tekah terjalin semenjak lahir.Persaudaraan yang semakin erat akhir-akhir ini,satu persatu pergi,membina hidup baru,membangun keluarga baru. Tidak ada yang bisa mencegah,itulah takdirNya.... jalan hidup masing-masing insan yang harus ditempuh. Aku hanya bisa merelakan,mengikhlaskan semua ini. Tapi, sebenarnya disudut hati yang paling dalam  merasa belum rela sepenuhnya. Ingin rasanya protes ,kenapa secepat ini mereka meninggalkan ku,meninggalkan kebersamaan yang telah kita lewati bersama. Aku masih ingin lama-lama bersama mereka.Tapi,kini aku sadar,bahwa waktu itu teruslah beputar,mengikuti roda kehidupan untuk terus berjalan. Melangkkah kedepan,menggapai  apa yang jadi hak masing -masing insan.
Sudah selayaknya kini berfikir lebih dewasa,Tuhan memberikan kita keluarga,saudara,sahabat dsbg.  Tapi kita tidak punya hak untuk mengatur hidup mereka.

Bangkit

Terkadang hati tak tenang. Ada rasa gelisah dan detak jantung tak beraturan. Apa sebab?
Helaan nafas panjang ini hanya sekedar untuk menenangkan,meski tak benar-benar bisa tenang.
Jika ditelusuri satu per satu atau jika mengingat waktu yang terlewati dengan hal yang tiada berarti,mungkin itu salah satu penyebabnya.
Ingin rasanya mengubah kebiasaan buruk itu,tapi terkadang antara lisan dan hati bertentangan,niat yang tak selaras dengan perbuatan. Apa dayaku,ketika kemalasan memang benar-benar melemahkan diri hingga tak berdaya. Melewatkan waktu luang dengan hal yang sia-sia,belum bisa peka pada sesuatu yang jelas-jelas mampu membawa pada kesuksesan. Harapan yang telah terukirpun serasa percuma,tiada guna jika tak diimbangi dengan usaha yang sungguh-sungguh. Tekad kian melemah,merapuhkan sedikit demi sedikit harapan yang tak lagi sekokoh dulu.
Tapi,bukan berarti diri ini senang berlarut-larut dengan kondisi seperti ini.Secercah harapan masih tersimpan untuk bangkit kembali. Melatih diri dan terus melatih agar tak lagi jatuh ke lembah kemalasan yang lebih dalam. Semoga CahayaNYA akan terus menerangi diri ini ke jalan yang benar. AAMIIN.

Sabtu, 22 Maret 2014

Rindu tak harus Terucap

Lama tak bersua,rasa rindupun kian bergelora. Menuangkannya dalam bait puisi tentang satu rasa,rasa bahagia saat rindu dirinya. Rindu? akankah sama rasanya padaku? Jika benar adanya,tak usah terucap...hanya cukup dengan menyebut namaku disetiap doanya. Begitupun diriku,untuk apa rindu terucap jika pada saatnya nanti kan tumbuh rasa yang tak terkendali,hingga melampaui batas-batas yang tiada manfaatnya. Aku tak ingin lagi kisah yang dulu pernah ada dalam hidupku terulang kembali dengannya. Sungguh,aku berharap bahwa persahabatan ini tetap terjalin. Meski sama-sama  menyadari adanya rasa yang tumbuh dalam hati,semoga tak lekas terucap,tunggulah sampai waktunya tiba. Aku ingin ada campur tangan Tuhan dalam penyatuan cinta kita. Cinta yang halal,cinta yang didasari niat karna Allah Ta'ala .

Menyemangati Diri

Lama tak bersua,rasanya rindu ini telah terobati. Menulis adalah hobi,dan berharap bukan hanya sekedar hobi ,tapi bisa berkembang lebih dari ini. Menghasilkan karya meski hanya selarik bait puisi sangatlah berarti bagiku. Belajar bagaimana merangkai kalimat-kalimat indahpun terus kulakukan,agar ada perkembangan dalam bidang yang sedang kutekuni. Jika melihat mereka yang getol dalam belajar menulis,tetap semangat dan tidak mudah putus asa,rasanya diri ini malu. Betapa kemalasan jadi penghambat diri untuk berlatih dan terus berlatih.
Semangat...semangat..semangat......ayo...demi masa depan yang cerah,demi cita-cita yang harus terealisasi.