Selasa, 15 Oktober 2013

bersyukur


Hidup setengahnya bersyukur dan selebihnya adalah bersabar. Memang tidak mudah....tp tetaplah  harus dijalaninya.  Selama kita percaya akan kuasaNYA,pasti Allah akan membimbing kita.
Banyak cobaan yang harus dihadapi...kita harus kuat. Karna seberat apapun hidup kita,ya harus dijalani. Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk setiap HambaNYA.Ketentuan-ketentuanNYA adalah yang terbaik.

Puisi ''Kalaupun Tidak''

Kalaupun dia tidak tahu kita menyukainya
Kalaupun dia tidak tahu kita merindukannya
Kalaupun dia tidak tahu kita menghabiskan waktu untuk memikirkannya
Maka itu tetap cinta. Tidak berkurang sesenti perasaan tersebut.
Justru dengan kita ngotot ingi bilang ,ingin pacaran,ingin aneh-aneh,perasaan itu tiba-tiba bermetamorfosis menjadi egoisme dan sebatas keinginan yang tidak teerkendali saja.
Bersabar dan diam lebih baik.
Jika memang jodoh akan terbuka sendiri jalan terbaiknya.
Jika tidak,akan diganti dengan orang yang lebih baik.

By: Tere Liye

Sebuah postingan yang mewakili perasaanku saat ini,ya ...karna rasa memang tidak bisa dibohongi,jujur ingin  ungkapkan rasa yang ada,tapi pantaskah? sebagai perempuan baik-baik(ceile) mengungkapkan perasaan kepada laki-laki itu sepertinya kuran baik,betulkah begitu?
Meski sebenarnya pernah,tapi semua itu aku lakukan karna benar-benar tidak kuasa lagi memendam rasa yang terlalu lama bersemayam dihati,hingga menjadikannya beban yang harus aku pikul. Selain alasan tersebut,karna aku tidak tahu apa yang harusnya di lakukan,sesal ada.....tapi kujadikan pelajaran,agar aku tidak lagi mengulangi hal yang sama.
Kini...aku benar-benar sadar dan paham....susah memang mengendalikan rasa yang ada . Semoga saja aku bisa bertahan,sampai dipertemukan dengan jodohku. AAMIIN.

Sabtu, 12 Oktober 2013

Sekedar menulis

Kuluangkan waktu untuk sekedar menulis,menyalurkan imajinasi yang berkembang didalam otak,ide  kian banyak....sayang sekali jika tak buru-buru dituangkan dalam bentuk tulisan.
Meski hanya seuntai kalimat-kalimat yang tiada maknanya,sepercik hikmah yang tak semua orang mengalaminya,tak apalah...yang penting jari ini tak sia-sia,tetap bekerja untuk kepuasan diri sendiri.
Aku merasa puas jika bisa menulis,menuangkan segala unek-unek yang menggangu pikiranku.
Ingin sekali rasanya menjadi seorang penulis terkenal ,seperti yang sudah menjadi senior-senior,tapi kuurungkan sejenak,merasa diri belumlah mampu,masih perlu belajar dan bimbingan.

Minggu, 06 Oktober 2013

Menuliskan Sebuah Nama

Aku hanyalah manusia biasa. Hidup penuh dengan ketergantungan sesama hidup, karna hidup memang saling membutuhkan.



Akupun bukanlah makhluk yang sempurna. Tapi mencoba untuk tetap berguna untuk diri sendiri dan orang yang ada disekitarnya.

Aku adalah anak dari kedua orang tuaku, adik dari kakak-kakakku, kakak dari adik-adikku, bibi dari ponakan-ponakanku, teman dari sahabat-sahabatku, dan orang lain dari orang -orang yang belum aku kenal. Aku adalah saudara kalian semua, makhluk ciptaan Tuhan , sama seperti kalian.

Terpikir bahwa hidup ini tidak lama. Setelah tiada, adakah orang yang masih mengingatku? mengingat sosok diriku, atau hanya namaku saja? Kebaikan atau justru keburukankah yang akan mereka ingat dari diriku?

Sungguh, pertanyaan yang sangat menggertak, meruntuhkan sendi-sendi, lemas. Tersadar akan diri yang penuh dosa,  masih sering lalai, ceroboh, menyepelekan hal-hal penting, melakukan kesalahan yang fatal, dan tidak terhitung lagi berapa banyak keburukan dari pada kebaikan.

 Ya Rabb..., ampunilah hamba.

Manusia memanglah tidak sempurna, karna kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Diri ini perlulah  bimbingan, butuh penyemangat , motivasi, dan orang yang bisa dipercaya untuk saling berbagi.

Ya…, berbagi, membagi kisah yang tak mungkin bisa disimpan sendiri.

Adakah namaku dihatimu?

Aku adalah anak dari kedua orang tuaku. Mereka telah merawatku hingga sebesar ini, sungguh tanpa mereka tiadalah aku. Sebagai seorang anak berkewajiban untuk berbakti, menghormati, berlaku sopan santun dan tidak boleh membantah. Sosok mereka adalah nyata, orang tua yang mendidik, dan membesarkan anak-anaknya.

Ibu....

Engkau yang telah melahirkanku, merawatku, membesarkanku dan membentuk jiwa yang lemah menjadi sesosok insan yang tegar. Teringat jelas sebelum bekerja, aku berusaha untuk melakukan yang terbaik untukmu Ibu. Ketika anak sebayaku, selepas SMP meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Aku harus pasrah untuk berhenti menimba ilmu karna ketiadaan biaya. Dan aku belajar dari ibu, meski tidak sekolah, tetaplah harus berguna. Ya, berguna dimatamu ibu.
Mencari rumput,menggembala kambing, membantu ibu didapur, mengerjakan sesuatu yang ibu sudah tak sanggup adalah pekerjaan yang menyenangkan, menyenangkan hati ibu plus tanda baktiku pada orang tua.

Aku ingin namaku melekat dihati ibu, aku ingin membahagiakan ibu dan tak ingin mengecewakannya.

Ibu…, kau bagaikan sinaran mentari yang menyinari bumi. Menyinari hati anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang kuat, tidak mudah menyerah dengan keadaan yang ada.

Membicarakan  ibu, tak akan ada habisnya, karna sosokmu terlalu sempurna , hingga aku tak mampu mengurauikannya lebih panjang lagi, cukup kau adalah wanita yang tegar, sabar, pekerja keras, dan lembut. Meski terkadang kemarahan keluar dari mulutmu, itu adalah tanda kasih sayangmu.

Ayah

Engkau adalah pahlawan bagi kami, anak-anakmu. Engkau bekerja keras, membanting tulang demi sesuap nasi untuk keluarga, pengorbananmu sungguh luar biasa.
Ayah,
anakmu yang satu ini dulunya memang nakal, maafkanlah…

Sosok ayah dulunya berpostur tegap, tapi kini menyusut seiring dengan bertambahnya usia . Begitu beratkah beban yang harus dipikulnya? Hingga ayah terlihat kelelahan, ringkih, kulitnyapun coklat kehitaman karna setiap harinya bergelut dengan panasnya mentari. Sungguh, kerja keras ayah tak akan kami lupakan.

Kerja keras untuk menyekolahkan kami..., memberikan pendidikan yang layak.
 Ayah selalu mengajarkan kami untuk kuat.

Pesan ayah, jadilah anak yang menghormati orang tua,  menjaga sopan-santun dan menjaga nama baik keluarga...semoga ayah. Aku pun berusaha memberikan yang terbaik untuk ayah, agar namaku melekat dihati ayah.

*orang tuaku adalah pembentuk pribadiku.

Adakah namaku dihatimu?

Aku adalah adik dari kakak-kakakku. Memilili 4 kakak laki-laki, berarti ada 4 penilaian berbeda dari mereka. Apakah aku sudah menjadi adik yang baik? Atau malah sebaliknya? Merekalah yang tahu.

Akupun berusaha menjadi adik yang menghormati mereka, menuruti apa yang menurut mereka baik untukku, menjalin silaturohim, komunikasi yang baik, dan menciptakan persaudaan. Yang terpenting rukun -rukun selalu. Mereka adalah contoh, sahabat, penasihat yang baik.

Rasa syukur selalu kuhaturkan pada Allah SWT yang telah menjadikan mereka kakak-kakakku.

Sebenarnya akupun malu...masa kecilku yang membuat mereka repot, kenakalanku yang membuat mereka jengkel .

 Ya Rabb…, ampunilah kesalahanku dimasa lampau.

Kenanganku bersamanya tiada terhingga, sedih, senang kita lewati bersama. Dan membicarakan tentang mereka tidak akan ada habisnya.

Apapun masalah yang menimpaku, aku meminta pendapatnya....

Termasuk tentang rasa yang hadir untuk seseorang. Tapi entah kenapa mereka tidak pernah sependapat denganku. Menurut mereka rasa itu wajar, janganlah terperdaya oleh rasa yang ada. Sempat kecewa, tapi aku menyadari.
Bukan melarang untuk berhubungan dengan lawan jenis alias pacaran, tapi mereka tahu mana yag terbaik dan mana yang buruk untukku. Pacaran tidak hanya melakukan hal yang sia-sia, tapi juga mendekati zina. Mereka lebih dewasa daripada diriku, mereka lebih banyak makan garam kehidupan , apalagi tentang cinta.

Terimakasih kakak...sungguh, kalian sangat berjasa ....menyadarkan hati yang keras. Membukakan mata yang sempat buta hanya karena cinta.


Adakah namaku dihatimu?


Aku adalah kakak dari adik-adikku. Memiliki 2adik, perempuan dan si bungsu laki-laki.

Seruuu…, menjalani lakon sebagai kakak. Terkadang rasa marah, jengkel berkecamuk dalam diri karna kenakalan mereka. Kami hanya berselisih 3 tahun, dan 6 tahun dengan si bungsu.

Masih teringat jelas 16 tahun yang lalu (beberapa bulan setelah listrik masuk ke desa kami). Ketika ibu mengeluh sakit dibagian perutnya. Ayah dengan sepeda ontelnya melaju cepat menuju rumah si dukun bayi (dulu masih mengandalkan dukun beranak, tidak seperti sekarang ketika ingin melahirkan lebih memilih ke bidan).

Maghrib menjelang, kerabat dekat berkumpul untuk melihat kelahiran di adik kecil.
Duh, semua orang pada H2C(Harap-harap cemas maksudnya).Tidak lama kemudian si bungsu lahir dengan selamat....

Semuanya pun bernafas lega..., hari berganti minggu, minggu berganti tahun.
Ku nikmati untuk menjadi kakak bagi ke-2 adikku, jika ibu sedang sibuk, terpaksa aku yang ngemong si bungsu.

Kini...ke-2 adikku tlah menginjak remaja. Kekhawatiran terkadang merasuk dalam diri. Zaman telah berubah, tidak seperti dulu lagi, tekhnologi sudah canggih, aku khawatir adik-adikku terpengaruh dengan pergaulan yang tidak baik, lebih -lebih si bungsu. Tak henti-hentinya nasehat meluncur dari mulutku, bukannya  melarang, tetapi begitu sayangnya diriku kepada mereka.

Ya Rabb...jauhkanlah mereka dari pergaulan yang tidak baik, dan bimbinglah mereka untuk selalu di Jalan-Mu Aamiin.

Pr ku, sudahkah aku menjadi kakak yang baik untuk mereka? Selalu dan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk mereka, sebisa mungkin...


Adakah namaku dihatimu ?

Aku adalah teman dari sahabat-sahabatku  ya sahabat, sahabat tempat tuk berbagi, menjalin persaudaraan antar teman. Jujur, hanya segelintir sahabat yang benar-benar mengerti tentang aku. Kakak pernah bilang, antara sahabat dan teman itu beda. Teman belum tentu bisa jadi sahabat, tetapi sahabat sudah tentu bisa menjadi teman  ...
tapi seiring berjalannya waktu, mereka pun akan meninggalkanku atas nama kehidupan barunya. Eh...bukan, bukan untuk meninggalkan...tapi lebih untuk membatasi diri, tidak seperti sebelum mengarungi hidup baru.

''Kamu kapan?''  begitulah sahabatku mengajukan pertanyaan. Aku? Sungguh, akupun belum tahu. Sampai sekarangpun aku sedang berusaha . Tawaran ada, tapi kutolak secara halus, bukannya tidak mau, aku hanya belum siap. Dan ada alasan yang tidak bisa di ganggu gugat, sebelum yang menjadi alasan itu terwujud, aku tak ingin terburu-buru.

Sahabatku...terimakasih banyak atas kepedulian kalian terhadapku. Terimakasih banyak atas waktu yang ada untuk kita saling mengenal...berbagi canda tawa dan belajar untuk menjadi sahabat yang baik.

Semoga dihati kalian ada namaku, ada ruang kosong untuk mengukir namaku mesk tipis. Dan sebaliknya, aku akan mengukir nama kalian satu per satu. Bagiku kalian adalah saudara setelah saudara kandungku.

Terimakasih banyakkkkkkk semuanyaaaa..........

Adakah namaku dihatimu?

Aku adalah orang lain dari orang-orang yang belum aku kenal. Tapi kita tetaplah satu saudara, makhluk ciptaan Tuhan, keturunan Nabi Adam dan Hawa.

Sebisa mungkin untuk tidak sombong, ramah...terkadang . Bt juga sih kalau ada orang iseng. Yach...dijalani saja. Hidup teruslah berputar, jadilah pribadi yang bermanfaat untuk orang lain. Berbuat yang terbaik untuk hidup yang sebentar ini. Belajar memahami sifat setiap insan yang kita temui setiap harinya, menyesuaikan, dan beradaptasi dengan lingkungan yang ada.

Mengukir nama dihati orang lain itu bukanlah dengan memaksa mereka, tetapi dengan kita melakukan sesuatu yang sangat berkesan untuk orang lain...sekecil apapun kebaikan kita, pastinya akan dikenang. Meski mereka tidak tahu nama kita, siapa tahu..ada doa yang dipanjatkan oleh mereka untuk kita.

Siiiipppp..........sampai disini dulu coretannya, semoga bermanfaat untuk yang sempat membacanya.

Tetaplah menulis, menulis, dan menulis....dengan kita menulis, beban akan terasa ringan, pikiran yang keruh berubah menjadi jernih.