Minggu, 31 Agustus 2014

KEPEDULIAN TERHADAP SESAMA



Kepedulian Terhadap Sesama

Peduli, satu kata yang tidak semestinya kita acuhkan. Meski terlihat sederhana, tapi maknanya luar biasa. Tahukah kalian apa arti kepedulian? Bahwa  kepedulian atau belas kasihan  itu adalah emosi manusia yang muncul akibat penderitaan orang lain.Ya, ketika kita melihat penderitaan yang dialami orang lain, hati kita seolah  terketuk dan kita pun merasakan apa yang mereka rasakan. Kita tersadarkan ,bahkan secara tidak langsung, mereka mengajarkan kita arti syukur dan mengajak kita untuk merenungi, membuka mata hati .

 Kepedulian adalah  salah satu cara untuk kita mengekspresikan rasa simpati dan empati, juga memperhatikan sesama yang kurang beruntung dari kita.Tidak sepantasnya kita membiarkan mereka dalam kesedihan dan tidak ada seorangpun yang mau meliriknya. Padahal, dia perlu dan sangat membutuhkan uluran tangan kita, ya seenggaknya bukti rasa kepedulian juga membantu sesama yang memang sudah menjadi keewajiban kita.

Banyak cara untuk mengekspresikan kepedulian kita kepada mereka, entah itu dengan tindakan yang nyata atau hanya dengan doa. 

“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucap Aamiin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”

MERINDU



Sejuta makna kerinduan untukmu,
menyembul, tanpa ampun
Menggoreskan kebahagiaan tak terkira
Mengudara, bak balon gas lepas dengan bebasnya

Seutas tali perekat jiwa, menyatu
Satukan hati dalam balutan cinta
Tulus, tanpa pamrih
Ikhlas, tiada terbalas pun kamu mau

Terukir dalam indahnya kenangan
Tersusun rapi pada file-file sanubari
Dirimu, sosok istimewa penggugah semangat
Membara!

Gelak tawa terngiang indah
Saat kebersamaan kita lewati
Permata indah bergulir tiada henti
Saat kucium punggung tangan keriputmu,

Seketika, langkahku gontai
Berat!
Hasrat berbalik, memeluknya erat
Tapi…
Ah, tetap saja kuayunkan langkah ini tiada henti

Kubiarkan bulir-bulir  bening berjatuhan
Seiring jalan setapak yang kulalui
Tegar!
Harus, seperti petuahnya saat hidung ini menyentuh tanganmu

“Sing sabar, Nak. Kerja karo wong liya kudu gede atine.”[1]
Seketika hatiku luruh, berbalut getaran penggugah kesadaran

Kutatap dua bola mata sayu, namun tak balik menatap
Genangan tampak tertahan, kualihkan pandangan
Adakah rasamu sama sepertiku?
Berat!
Tuk berpisah lagi

Nb: Saat berpamitan dengannya untuk pergi merantau lagi.
[1]."Yang sabar, Nak. Kerja dengan orang lain harus besar hatinya."

Sabtu, 23 Agustus 2014

CATATAN KECIL



Bismillahirrohmaanirrohim
“Sebaik-baik lelaki adalah yang menghormati ibunya, mengutamakan wanita yang telah melahirkannnya, bukan malah lebih memikirkan wanita yang ditaksirnya. Itu hanyalah salah satu contoh, bagaimana memilih laki-laki yang baik.” Darwis Tere Liye.

“Sebaik-baik seorang wanita adalah dia yang menjaga kehormatan diri, tidak suka berkata kasar, lebih menghormati yang lebih tua, tidak suka membantah. Itu hanyalah beberapa contoh bagaimana memilih wanita yang baik.”Darwis Tere Liye.

Hidup teruslah berjalan seiring jarum jam yang terus berputar. Menjalaninya adalah anugrah, tetap bersyukur dan ikhlas dalam menjalani ketentuan-Nya, karena itu adalah yang terbaik untuk kita.                   
 Ketika harapan tinggalah harapan, ketika rasa tak mampu di ungkapkan, pantaskah harus menyalahkan diri? Atau keadaan? Berharap dia adalah yang terakhir, tapi masalah jodoh siapa yang tahu? 
                      
Benih-benih cinta tumbuh, menjadikan kuncup yang siap mekar, dan menunggu untuk menjadi bunga yang indah, semerbak mewangi adalah awal dari rasa optimis. Optimis dalam pengharapan, optimis untuk bisa melangkah kemasa depan, mengarungi hidup yang baru, berbagi suka dan duka.                            
Pada akhirnya, ketika kuncup yang siap mekar pupus diterjang bayu kehidupan, siapakah yang harus disalahkan? Pupus harapan memang menyakitkan, apalagi jika dalam hati sudah tertanam rasa sayang, rasa kepedulian… 

Tapi pantaskah hanya berdiam diri ? Tetap menunggu yang tak pasti? Menunggu orang yang belum tentu memiliki rasa yang sama.                                                                                                                                                      Ah… haruskah, haruskah bertahan ? Tetap pada pendirian? Ataukah harus mengakhiri pengharapan yang tak pasti?

Dilema itu menutup untuk lebih berfikir jernih. Sejernih air mata yang tak sengaja jatuh, mewakili luka yang menyayat hati. Butuh kekuatan untuk bangkit, bangkit dari pengharapan yang sia-sia. Kini saatnya berbenah diri, mengawali hari yang baru, menghapus rasa yang ada meski tak mudah.

Tapi percayalah, hapuslah atau sekedar menutupinya dengan kita melakukan sesuatu yang bermanfaat, seraya memperbaiki diri, menyiapkan hati yang baru untuk orang yang baru. Seseorang yang akan jadi bagian dari hidup kita, yang telah Allah tulis di Lauhul Mahfuzd, buku catatan kita. Itulah sebenar-benar jodoh. Jangan lupa untuk menyertakan calon jodoh kita dalam doa disujud akhir sholat kita. Semoga, kita dipertemukan dengan jodoh, sebenar-benarnya jodoh Aamin.
***
Catatan ini tertulis untuk mempersiapkan hati yang baru.
Intinya, ketika orang yang kita cintai ternyata ditakdirkan bukan untuk kita, itu adalah cara Allah dalam menyayangi kita. Agar kita tidak terjebak dengan cinta yang semu, cinta yang belum saatnya, cinta yang akan membawa kita kepada hal-hal yang dilarang-Nya.
Eh… ngomongin tentang cinta, sudah tahu belum artinya cinta yang sesungguhnya?

Sedikit kuperjelaskan (menurut buku yang saya baca) Cinta adalah rasa yang tumbuh berkat adanya ikatan, cinta pada orang tua, saudara kandung, itu disebut cinta karena ikatan keluarga.
Cinta pada pasangan disebut cinta karena ikatan pernikahan. Jika menyukai seseorang, bisa dipastikan itu hanyalah sebuah reaksi alamiah yang disebut syahwat. Syahwat hanya boleh disalurkan dalam ikatan pernikahan agar tumbuh dan berkembang yang namanya cinta. Kalau belum ada ikatan, keduanya hanya saling memuaskan, setelah itu usang, karna bisa melakukan hal yang sama pada orang lain. Syahwat yang dituruti akan membutakan matamu dan menulikan telingamu pada orang yang jauh lebih baik dan sepadan untukmu. Ibarat pepatah,’’membuang batu berlian demi seonggak besi mengkilat’’.


NB: Pernah dipost di fans page I lOVE ORIGINAL KAWAN IMUT

MENAPAKI LANGKAH DENGAN CINTA-NYA



Menapaki Langkah dengan Cinta-Nya

Empat puluh hari sepeninggalannya, belum mampu membuatku beranjak dari kedukaan, rasanya masih berat, belum ikhlas sepenuhnya.Tapi, inilah takdirNya, Allah sangat menyayanginya hingga mengambilnya begitu cepat, terlalu cepat malah. Padahal aku  belum puas meminangnya, aku belum puas menyusuinya, aku belum puas menciumnya, aku belum ingin berpisah dengannya.”


“Ya Rabbi…, bukannya aku tak ikhlas, tapi  diri ini belum siap atas kepergiannya yang terlalu cepat, dan atas kedatangannya ke dunia ini yang terlalu sebentar.


Ku pandangi gundukan tanah merah itu, tiba-tiba tubuhku terasa lemas ketika membaca tulisan yang tertera di batu nisan itu.

 “HASNA Binti ADI
 Lahir 4-2-2014
Wafat 23-2-2014”

Dengan sigapnya mas Adi buru-buru menopang tubuhku yang hampir saja roboh ke tanah.
Seperti mimpi. Rasanya baru kemarin aku melahirkannya, meminangnya, menyusuinya, menggendongnya, memandikannya, mengganti popoknya yang sudah penuh ompol. Dan kini…tak terasa air mataku mengalir deras, aku tak mampu membendungnya lagi. Mencoba untuk kuat, tapi aku belum bisa, aku belum sanggup menerima semua ini. Hanya dua puluh hari aku merasakan dan menikmati peran menjadi ibu bagi bidadari cantik yang kini telah pergi untuk selama-lamanya. 

Rabbi, begitu berat cobaan yang harus aku hadapi. Kehilangan kali ini benar-benar membuatku lebih syok dari yang dulu. Rasanya belum kering luka  juga kehilangan calon bayiku yang aku alami Dua tahun yang lalu, kini aku harus dihadapkan pada kejadian yang sama.
***
Tak pernah menyangka, yang awalnya aku kira akan baik-baik saja, dan akan tumbuh sehat seperti bayi-bayi yang lainnya, ternyata takdir berkata lain.Tragedi di petang itu memupuskan harapanku. Hasna, si bayi mungil  yang baru berusia dua puluh hari itu harus meregang nyawa, kala tersedak saat sedang menikmati ASI yang aku berikan. Aku panik luar biasa, hingga nyawanya tak tertolong lagi. Hanya air mata yang mampu mewakili perasaanku.Tak mampu berkata-kata, aku pasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Pemilik Hidup. Disinilah Allah mengujiku lagi dengan kehilangan anakku.

Tapi kali ini aku lebih tegar, meski sakitnya mampu membuat luka yang lalu tambah menganga.
Ku tilik lagi kisah Dua tahun yang lalu, tepatnya delapan  bulan di usia kandunganku, aku merasakan ada yang aneh dari dalam perutku.Tak ada gerakan aktif  juga  tendangan-tendangan calon bayiku yang sering aku rasakan disetiap harinya. Buru-buru aku dan mas Adi memeriksakannya ke bidan kandungan.  Innalilahi wainnailaihi roji’un….calon bayi yang kami idam-idamkan ternyata sudah tak bernyawa lagi.

Betapa syok dan sedihnya hatiku kala itu. Sudah kuusahakan Sebaik mungkin ku jaga kandunganku,akupun rutin memeriksanya ke bidan,tapi,entahlah… itulah takdir-Nya,mungkin Allah belum mempercayakan kami untuk menjaga titipan-Nya. Khuznudhon, aku harus berprasangka baik pada Sang Pemberi Hidup. Karena semua yang kita miliki adalah titipan, dan akan kembali kepada-Nya, pemilik yang sebenarnya.
Satu tahun setelah kegagalanku memiliki momongan, Allah meniupkan kembali roh ke dalam rahimku, sujud syukur atas karuniaNya. Akupun menyambutnya dengan suka cita. Baru saja aku merasakan kebahagiaan atas calon bayi yang kedua tiba-tiba aku mengalami pendarahan, aku keguguran saat kandunganku memasuki bulan ke Empat.

 Lagi lagi Allah belum mempercayakan kami untuk menjaga titipan-Nya.
Meski sedih,  tapi kali ini lebih bisa menerimanya dengan lapang dada. Aku pasang senyum ketegaran untuk menyambut masa depan. Masih ada kesempatan, apalagi usiaku kini masih Dua puluh Tujuh tahun. Aku percaya, Allah akan mengaruniakan kepada kami yang lebih baik.

Dibalik semua cobaan yang aku alami, tersirat banyak hikmah yang semestinya aku petik. Agar aku lebih intropeksi diri, adakah kesalahan juga dosa-dosa fatal yang telah kami lakukan?hingga berkali-kali  gagal memiliki momongan. Dan tak semestinya pula aku berprasangka buruk pada Allah, sungguh rencana-Nya adalah yang terbaik buat setiap hambanya. Aku hanya perlu bersabar, dan tak perlu meratapi kepergian mereka, ketiga anakku. Mungkin Allah belum mempercayakan mereka untuk dititipkan kepada kami. Mereka pasti lebih bahagia disana, di surge-Nya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Demi Dzat dan jiwaku berada di tangannya,sesungguhnya janin yang keguguran akan membawa ibunya ke dalam surga dengan bersama ari-arinya apabila ibunya mengharap pahala dari Allah(dengan musibah tersebut)”(HR.Ibnu Majah no.1690)

Dan kini, kutapaki langkah ini dengan cinta-Nya, yang telah menyadarkanku, menegurku dengan ujian kehilangan. Bahwa Allah ingin kami menjadi lebih baik. Ujian yang kami lalui dengan kesabaran akan meningkatkan kualitas diri ini. Rasulullah bersabda:

“Siapa saja yang dikehendaki allah menjadi baik,maka diberikan cobaan kepadanya”

Juga orang orang yang mengasaihiku,terutama mas Adi. Ya, mas Adi yang selalu mengingatkanku untuk tetap bersabar dengan cobaan yang bertubi-tubi aku alami. Agar kelak, aku dipersatukan kembali dengan anak-anakku di Akhirat nanti. Aamiin.

NB: Ini adalah kisah kakak ipar saya. Semoga dia tetap sabar dan diberi momongan lagi. Aamiin.