Menapaki Langkah dengan Cinta-Nya
Empat puluh hari sepeninggalannya, belum mampu
membuatku beranjak dari kedukaan, rasanya masih berat, belum ikhlas
sepenuhnya.Tapi, inilah takdirNya, Allah sangat menyayanginya hingga
mengambilnya begitu cepat, terlalu cepat malah. Padahal aku belum puas meminangnya, aku belum puas
menyusuinya, aku belum puas menciumnya, aku belum ingin berpisah dengannya.”
“Ya Rabbi…, bukannya aku tak ikhlas, tapi diri ini belum siap atas kepergiannya yang
terlalu cepat, dan atas kedatangannya ke dunia ini yang terlalu sebentar.
Ku pandangi gundukan tanah merah itu, tiba-tiba
tubuhku terasa lemas ketika membaca tulisan yang tertera di batu nisan itu.
“HASNA Binti
ADI
Lahir
4-2-2014
Wafat 23-2-2014”
Dengan sigapnya mas Adi buru-buru menopang tubuhku
yang hampir saja roboh ke tanah.
Seperti mimpi. Rasanya baru kemarin aku melahirkannya,
meminangnya, menyusuinya, menggendongnya, memandikannya, mengganti popoknya
yang sudah penuh ompol. Dan kini…tak terasa air mataku mengalir deras, aku tak
mampu membendungnya lagi. Mencoba untuk kuat, tapi aku belum bisa, aku belum
sanggup menerima semua ini. Hanya dua puluh hari aku merasakan dan menikmati
peran menjadi ibu bagi bidadari cantik yang kini telah pergi untuk
selama-lamanya.
Rabbi, begitu berat cobaan yang harus aku hadapi. Kehilangan
kali ini benar-benar membuatku lebih syok dari yang dulu. Rasanya belum kering
luka juga kehilangan calon bayiku yang
aku alami Dua tahun yang lalu, kini aku harus dihadapkan pada kejadian yang
sama.
***
Tak pernah menyangka, yang awalnya aku kira akan
baik-baik saja, dan akan tumbuh sehat seperti bayi-bayi yang lainnya, ternyata
takdir berkata lain.Tragedi di petang itu memupuskan harapanku. Hasna, si bayi
mungil yang baru berusia dua puluh hari
itu harus meregang nyawa, kala tersedak saat sedang menikmati ASI yang aku
berikan. Aku panik luar biasa, hingga nyawanya tak tertolong lagi. Hanya air
mata yang mampu mewakili perasaanku.Tak mampu berkata-kata, aku pasrah dan
menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Pemilik Hidup. Disinilah Allah mengujiku
lagi dengan kehilangan anakku.
Tapi kali ini aku lebih tegar, meski sakitnya mampu
membuat luka yang lalu tambah menganga.
Ku tilik lagi kisah Dua tahun yang lalu, tepatnya delapan bulan di usia kandunganku, aku merasakan ada
yang aneh dari dalam perutku.Tak ada gerakan aktif juga
tendangan-tendangan calon bayiku yang sering aku rasakan disetiap
harinya. Buru-buru aku dan mas Adi memeriksakannya ke bidan kandungan. Innalilahi wainnailaihi roji’un….calon bayi
yang kami idam-idamkan ternyata sudah tak bernyawa lagi.
Betapa syok dan sedihnya hatiku kala itu. Sudah
kuusahakan Sebaik mungkin ku jaga kandunganku,akupun rutin memeriksanya ke
bidan,tapi,entahlah… itulah takdir-Nya,mungkin Allah belum mempercayakan kami
untuk menjaga titipan-Nya. Khuznudhon, aku harus berprasangka baik pada Sang
Pemberi Hidup. Karena semua yang kita miliki adalah titipan, dan akan kembali
kepada-Nya, pemilik yang sebenarnya.
Satu tahun setelah kegagalanku memiliki momongan, Allah
meniupkan kembali roh ke dalam rahimku, sujud syukur atas karuniaNya. Akupun
menyambutnya dengan suka cita. Baru saja aku merasakan kebahagiaan atas calon
bayi yang kedua tiba-tiba aku mengalami pendarahan, aku keguguran saat kandunganku
memasuki bulan ke Empat.
Lagi lagi Allah belum mempercayakan kami untuk menjaga
titipan-Nya.
Meski sedih, tapi
kali ini lebih bisa menerimanya dengan lapang dada. Aku pasang senyum ketegaran
untuk menyambut masa depan. Masih ada kesempatan, apalagi usiaku kini masih Dua
puluh Tujuh tahun. Aku percaya, Allah akan mengaruniakan kepada kami yang lebih
baik.
Dibalik semua cobaan yang aku alami, tersirat banyak
hikmah yang semestinya aku petik. Agar aku lebih intropeksi diri, adakah
kesalahan juga dosa-dosa fatal yang telah kami lakukan?hingga berkali-kali gagal memiliki momongan. Dan tak semestinya
pula aku berprasangka buruk pada Allah, sungguh rencana-Nya adalah yang terbaik
buat setiap hambanya. Aku hanya perlu bersabar, dan tak perlu meratapi
kepergian mereka, ketiga anakku. Mungkin Allah belum mempercayakan mereka untuk
dititipkan kepada kami. Mereka pasti lebih bahagia disana, di surge-Nya. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Demi
Dzat dan jiwaku berada di tangannya,sesungguhnya janin yang keguguran akan
membawa ibunya ke dalam surga dengan bersama ari-arinya apabila ibunya
mengharap pahala dari Allah(dengan musibah tersebut)”(HR.Ibnu Majah no.1690)
Dan kini, kutapaki langkah ini dengan cinta-Nya,
yang telah menyadarkanku, menegurku dengan ujian kehilangan. Bahwa Allah ingin
kami menjadi lebih baik. Ujian yang kami lalui dengan kesabaran akan
meningkatkan kualitas diri ini. Rasulullah bersabda:
“Siapa
saja yang dikehendaki allah menjadi baik,maka diberikan cobaan kepadanya”
Juga orang orang yang mengasaihiku,terutama mas Adi.
Ya, mas Adi yang selalu mengingatkanku untuk tetap bersabar dengan cobaan yang
bertubi-tubi aku alami. Agar kelak, aku dipersatukan kembali dengan anak-anakku
di Akhirat nanti. Aamiin.
NB: Ini adalah kisah kakak ipar saya. Semoga dia tetap sabar dan diberi momongan lagi. Aamiin.