Judul: Ujian Kehilangan Buah Hati(FTS)
Tema: Ikhlas Kehilangan
Empat puluh hari sepeninggalannya, belum mampu membuatku beranjak dari
kedukaan. Terasa berat atas kepergiannya yang begitu cepat. Tapi, inilah
takdirNya. Padahal aku belum puas menimangnya, menyusuinya, menciumnya,
aku belum ingin berpisah dengannya.
Semua seperti mimpi. Rasanya
baru kemarin aku melahirkan bayi mungil berparas ayu. Dan kini, tak
terasa air mataku mengalir deras, aku tak mampu membendungnya lagi.
Mencoba untuk kuat, tapi belum bisa, aku belum sanggup menerima semua
ini. Hanya dua puluh hari aku merasakan dan menikmati peran menjadi ibu
bagi bidadari cantik yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.
Rabbi, begitu berat cobaan yang harus aku hadapi. Kehilangan kali ini
benar-benar membuatku lebih syok dari yang dulu. Rasanya belum kering
luka akan kehilangan calon bayiku dua tahun yang lalu, kini kejadian
yang sama terulang kembali.
***
Tak pernah menyangka, yang
awalnya aku kira baik-baik saja, dan akan tumbuh sehat seperti bayi-bayi
lainnya, ternyata takdir berkata lain. Tragedi di petang itu memupuskan
harapanku. Hasna, si bayi mungil yang baru berusia dua puluh hari harus
meregang nyawa, kala tersedak saat sedang menikmati ASI yang aku
berikan. Aku panik luar biasa, hingga nyawanya tak tertolong lagi.
Hanya air mata yang mampu mewakili perasaanku.Tak mampu berkata-kata,
aku pasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Pemilik Hidup.
Disinilah Allah menguji lagi dengan kehilangan anakku.
Tapi kali ini aku lebih ikhlas dan tegar, meski sakitnya mampu membuat luka yang lalu tambah menganga.
Ku tilik lagi kisah dua tahun yang lalu, tepatnya delapan bulan di usia
kandungan aku merasakan ada yang aneh dari dalam perutku. Tak ada
gerakan aktif juga tendangan-tendangan calon bayi yang sering kurasakan
disetiap harinya. Buru-buru ku periksakan ke bidan.
Innalilahi
wainnailaihi roji’un…, calon bayi yang kami idam-idamkan ternyata sudah
tak bernyawa lagi. Betapa syok dan sedihnya kala itu. Sudah kuusahakan
sebaik mungkin dalam menjaga kandungan, aku rutin memeriksanya ke bidan
tapi…
Mungkin Allah belum mempercayakan kami untuk menjaga
titipan-Nya. Khuznudhon, harus berprasangka baik pada Sang Pemberi
Hidup. Karena semua yang kita miliki adalah titipan, dan akan kembali
kepada-Nya, pemilik yang sebenarnya.
Satu tahun setelah gagal
memiliki momongan, Allah meniupkan kembali roh ke dalam rahimku. Sujud
syukur atas karunia-Nya, kami menyambutnya dengan suka cita. Baru saja
merasakan kebahagiaan atas calon bayi yang kedua tiba-tiba aku mengalami
pendarahan dan keguguran saat kandungan memasuki bulan ke empat. Lagi
lagi Allah belum mempercayakan kami untuk menjaga titipan-Nya. Meski
sedih, tapi kali ini lebih bisa menerimanya dengan lapang dada. Aku
pasang senyum ketegaran untuk menyambut masa depan. Masih ada
kesempatan, apalagi usiaku kini masih muda. Aku percaya, Allah akan
mengaruniakan kepada kami yang lebih baik.
***
Dibalik semua
cobaan, tersirat banyak hikmah yang dapat dipetik. Agar lebih intropeksi
diri, adakah kesalahan juga dosa-dosa fatal yang telah kami lakukan?
Hingga berkali-kali gagal memiliki momongan. Tak semestinya pula
berprasangka buruk pada Allah, sungguh rencana-Nya adalah yang terbaik
buat setiap hambanya. Kami hanya perlu bersabar dan ikhlas, tak perlu
meratapi kepergian mereka. Mungkin Allah belum mempercayakan mereka
untuk dititipkan kepada kami. Mereka pasti lebih bahagia disana, di
surga-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar