Lemah itu
Kuat
Ketika raga tak mampu untuk bangkit dari keterpurukan
yang melemahkan sendi-sendi, setidaknya masih ada sedikit harapan akan cahaya
KasihNya yang mampu menyusup ke rongga
kehidupan.
Ia berdiri, lekas pergi dari kerumunan orang yang
tak memperdulikan dirinya. Masa bodoh dengan teriakan-teriakan sebagian orang tentang
status dirinya, masa bodoh dengan cercaan yang menusuk-nusuk hingga ke relung hati, baginya itu tak
seberapa dibanding luka yang ada. Kehilangan mas No juga calon buah hatinya
adalah ujian terberat. Berat rasanya , mereka adalah titipan yang sangat
berharga, mereka adalah anugerah yang Allah berikan tapi , disisih lain ia harus ikhlas ketika titipan itu diambil oleh Sang Pemilik yang sebenarnya.
Langkahnya tak tentu arah. Menapaki terjalnya hidup
yang harus ditempuh untuk menyongsong hidup baru. Entah, kemana arahnya akan dituju.
Kini, ia hanya seorang diri. Hidup sebatang kara di kota yang tak ada matinya.
Hidup dikota metropolitan memang keras, sekeras
hatinya kah ketika tak mau pulang kampung dan tinggal bersama keluarganya? dengan
alasan belum bisa melupakan kenangan bersama mas No. Hilir mudik kendaraan yang
berlalu lalang tak membuatnya berhenti dan terus menjajakan dagangannya dengan
sepeda onthelnya. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, ia bergegas
mengayunnya mencari tempat untuk ia tinggali sementara.Meski lelah, ia harus kuat.
“Rabbi,begitu berat cobaan ini. Hamba percaya
sepenuhnya atas semua takdir yang Engkau berikan. Kuatkanlah hamba , bimbinglah
untuk tetap sabar menghadapi hidup ini,” doanya dengan air mata yang
bercucuran. Sejatinya, ia adalah wanita lemah. Masih butuh bimbingan , juga
kasih sayang yang mampu menguatkan dari suaminya juga orang –orang yang
dicintainya.
Tapi, takdir berkata lain. Ternyata hidup tak
semulus rencana, manusia tak bisa memprediksi tentang masa depan, karna masa
depan adalah rahasia Sang Ilahi, penuh misteri.
***
“Jadilah wanita yang tangguh de.” Kata –kata itu terus terngiang-ngiang kala kesedihan melanda hatinya. Kata-kata yang mampu menenangkannya, dan membangkitkan semangat untuk tetap bertahan hidup.
Mas No, laki-laki yang menikahinya setahun yang lalu kini telah
pergi untuk selama-lamanya. Kecelakaan sebulan yang lalu masih membekas jelas
diingatannya.
Ketika fajar belum menampakkan wajahnya, ia
dibonceng Mas No dengan sepeda tuanya. Mas No mengayunkan sepedanya dengan
santai agar bisa menikmati udara pagi yang menyejukkan sendi-sendi.
“De, kakang jadi ingat masa-masa sekolah dulu, waktu
pertama kali kita berkenalan. Ade malu-malu, saking malunya sampai menutupi
wajah dengan tangan, ia kan.” Ia pun tersipu malu, dan mencubit lengan suaminya
dengan penuh kasih sayang. Saat mereka sedang asyik-asyiknya bercanda tiba-tiba
dari sisi berlawanan mobil sedan melaju dengan cepatnya,hingga….jedug!!! Kecelakaan
tak bisa dihindari. Mereka terpental ke jalanan beraspal. Entah berapa lama ia
tak sadarkan diri, saat bangun ia tak mendapati suaminya yang tadi bersamanya.
“A… a ku dimana,” tanyanya dengan nada terputus-putus kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Seorang dokter pun menjelaskan kronoligi yang sebenarnya. Tangisnyapun pecah, hingga suasana haru menyelimuti ruangan itu. Suster yang merasa kasihan berusaha menenangkan, agar kuat, meski sebenarnya itu sangat berat.
Nyawa mas No tak tertolong lagi, benturan yang
mengenai kepalanya membuatnya kehabisan darah. Tangisnya kian pecah kala
mengetahui janin yang dikandungnya sudah tak ada lagi, calon bayinya yang sudah
menginjak empat bulan.Ya, janin itu, janin yang sudah bernyawa. Karna diusia
Empat bulanlah Allah meniupkan ruh kedalam janinnya.
Kalau saja bukan karna JanjiNya , mungkin ia tak
akan kuat menghadapi ujian dariNya.
“Demi Dzat dan jiwaku berada ditangannya. Sesungguhnya
janin yang berguguran akan membawa ibunya ke dalam surga dengan bersama
ari-arinya. Apabila ibunya mengharap pahala dari Allah dengan musibah
tersebut.” (Hr.Ibnu Majah no.1690)
Butuh waktu
untuk bisa menerima semua itu, semua cobaan yang awalnya sungguh berat. Bahkan,
sedih masih membekas direlung jiwanya. Kenangan indah bersama mas No terekam
jelas dalam memorinya, bayangannyapun nampak dipelupuk mata.
Tapi, bukankah hidup itu setengahnya bersyukur dan
selebihnya adalah bersabar? Bersabar dengan semua cobaan yang ada di dalamnya.
***
Ia memang lemah, tapi lemahnya menjadikan ia bangkit
untuk menjadi kuat.
Ia memang lemah, tapi lemahnya menjadikan ia tetap
kokoh pada pendirian. Ya, pendiriannya untuk tak meminta-minta belas kasihan
orang-orang meski hidupnya luntang lantung tak jelas kemana arah tujuannya.
Ia memang rapuh, tapi rapuhnya melatihnya untuk tahan
banting.
Ia yang lemah. Kini menjadikannya wanita tangguh, tangguh
untuk tak lagi menangisi takdirnya yang jauh dari apa yang diimpikannya.
SEKIAN
*Meski nilainya masih rendah tapi tetap semangat untuk berlatih lebih baik lagi.
Penilaian :
Ide:C(2)
Judul:C(2)
Opening:C(2)
Konflik:C(2)
Dialog:C(2)
Narasi dan Deskripsi:B(5)
Kesan setelah dibaca:C(5)
Ending:B(5)
Tekhnik kepenulisan:A(10)
Kesesuaian Tema:A(20)
*Meski nilainya masih rendah tapi tetap semangat untuk berlatih lebih baik lagi.
Penilaian :
Ide:C(2)
Judul:C(2)
Opening:C(2)
Konflik:C(2)
Dialog:C(2)
Narasi dan Deskripsi:B(5)
Kesan setelah dibaca:C(5)
Ending:B(5)
Tekhnik kepenulisan:A(10)
Kesesuaian Tema:A(20)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar