Kamis, 11 September 2014

MEMORY



Memory

Semangatnya tak pernah luntur, hanya karna faktor usia
Dia tahu tubuhnya tak lagi sekuat dulu, ringkih
Tulang menonjol dalam balutan kulit hitam legam, tersengat matahari
Demi cita-cita mulia, lelah tak dirasa

Tersadar merasa insan tak punya
Hanya orang kecil, yang di dalam diri terpatri  keinginan kuat
Membangun istana, meski sederhana

Sebuah harapan di esok, lusa, dan masa depan
Baginya, rintangan tak jadi persoalan
Menapaki jalan terjal, naik turun bebatuan
Meski licin, tak dihiraukan

Kekuatan yang masih tersisa tak ingin disia-siakan
Kerja keras yang telah dilaluinya tak ingin ditinggalkan
Sebelum raganya tak kuat lagi memanggul beban
Sebuah batu sebesar 2 kali buah kelapa yang diambilnya dari sungai

Rutinitas itu dijalaninya selama bertahun-tahun
Hingga pundaknya membungkuk
Dan ketika raga tenar-benar tak lagi sanggup,
rasa syukur tak henti-hentinya terucap dari bibirnya
Telah terkumpul jerih payah,
Tapi, mimpi itu belum juga terealisasi
Tanah pun ia korbankan, demi impian

Ketika usianya kian menua, tenaga tak lagi ekstra
Tubuhnya pun lemah, lunglai tak berdara
Berbaring di atas dipan kusam, kesayangan
Berharap, pewaris meneruskan perjuangannya agar tak sia-sia

“Mandirikah” sifat yang tertanah dalam dirinya?


Di akhir hayat, sebelum bulan yang penuh ampunan datang beliau ingin sekali ikut berpuasa.
·         Tapi Allah berkehendak lain, beliau dipanggil oleh-NYA sebelum bulan suci itu tiba.
·         Jika mengingat masa hidupnya, saya sangat salut.
Betapa dulu, beliau begitu jauh dari-Nya, namun dimasa tua, ketika tubuhnya tak mampu memanggul beban berat, beliau benar-benar ingin mempelajari agama yang di rahmati-Nya.
Semoga amal perbuatannya diterima oleh Allah Subhanahu Wata’ala
Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar