Memory
Semangatnya tak pernah luntur, hanya karna faktor
usia
Dia tahu tubuhnya tak lagi sekuat dulu, ringkih
Tulang menonjol dalam balutan kulit hitam legam,
tersengat matahari
Demi cita-cita mulia, lelah tak dirasa
Tersadar merasa insan tak punya
Hanya orang kecil, yang di dalam diri terpatri keinginan kuat
Membangun istana, meski sederhana
Sebuah harapan di esok, lusa, dan masa depan
Baginya, rintangan tak jadi persoalan
Menapaki jalan terjal, naik turun bebatuan
Meski licin, tak dihiraukan
Kekuatan yang masih tersisa tak ingin disia-siakan
Kerja keras yang telah dilaluinya tak ingin
ditinggalkan
Sebelum raganya tak kuat lagi memanggul beban
Sebuah batu sebesar 2 kali buah kelapa yang
diambilnya dari sungai
Rutinitas itu dijalaninya selama bertahun-tahun
Hingga pundaknya membungkuk
Dan ketika raga tenar-benar tak lagi sanggup,
rasa syukur tak henti-hentinya terucap dari bibirnya
Telah terkumpul jerih payah,
Tapi, mimpi itu belum juga terealisasi
Tanah pun ia korbankan, demi impian
Ketika usianya kian menua, tenaga tak lagi ekstra
Tubuhnya pun lemah, lunglai tak berdara
Berbaring di atas dipan kusam, kesayangan
Berharap, pewaris meneruskan perjuangannya agar tak
sia-sia
“Mandirikah” sifat yang tertanah dalam dirinya?
Di akhir hayat, sebelum bulan yang
penuh ampunan datang beliau ingin sekali ikut berpuasa.
·
Tapi Allah berkehendak lain, beliau
dipanggil oleh-NYA sebelum bulan suci itu tiba.
·
Jika mengingat masa hidupnya, saya
sangat salut.
Betapa dulu, beliau begitu jauh
dari-Nya, namun dimasa tua, ketika tubuhnya tak mampu memanggul beban berat,
beliau benar-benar ingin mempelajari agama yang di rahmati-Nya.
Semoga amal perbuatannya diterima
oleh Allah Subhanahu Wata’ala
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar