Aku hanyalah manusia biasa. Hidup penuh dengan
ketergantungan sesama hidup, karna hidup memang saling membutuhkan.
Akupun bukanlah makhluk yang sempurna. Tapi mencoba
untuk tetap berguna untuk diri sendiri dan orang yang ada disekitarnya.
Aku adalah anak dari kedua orang tuaku, adik dari
kakak-kakakku, kakak dari adik-adikku, bibi dari ponakan-ponakanku, teman dari
sahabat-sahabatku, dan orang lain dari orang -orang yang belum aku kenal. Aku
adalah saudara kalian semua, makhluk ciptaan Tuhan , sama seperti kalian.
Terpikir bahwa hidup ini tidak lama. Setelah tiada, adakah
orang yang masih mengingatku? mengingat sosok diriku, atau hanya namaku saja?
Kebaikan atau justru keburukankah yang akan mereka ingat dari diriku?
Sungguh, pertanyaan yang sangat menggertak, meruntuhkan
sendi-sendi, lemas. Tersadar akan diri yang penuh dosa, masih sering lalai, ceroboh, menyepelekan
hal-hal penting, melakukan kesalahan yang fatal, dan tidak terhitung lagi
berapa banyak keburukan dari pada kebaikan.
Ya Rabb..., ampunilah
hamba.
Manusia memanglah tidak sempurna, karna kesempurnaan
hanya milik Allah semata.
Diri ini perlulah
bimbingan, butuh penyemangat , motivasi, dan orang yang bisa dipercaya
untuk saling berbagi.
Ya…, berbagi, membagi kisah yang tak mungkin bisa
disimpan sendiri.
Adakah namaku dihatimu?
Aku adalah anak dari kedua orang tuaku. Mereka telah
merawatku hingga sebesar ini, sungguh tanpa mereka tiadalah aku. Sebagai
seorang anak berkewajiban untuk berbakti, menghormati, berlaku sopan santun dan
tidak boleh membantah. Sosok mereka adalah nyata, orang tua yang mendidik, dan
membesarkan anak-anaknya.
Ibu....
Engkau yang telah melahirkanku, merawatku, membesarkanku
dan membentuk jiwa yang lemah menjadi sesosok insan yang tegar. Teringat jelas sebelum
bekerja, aku berusaha untuk melakukan yang terbaik untukmu Ibu. Ketika anak
sebayaku, selepas SMP meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Aku
harus pasrah untuk berhenti menimba ilmu karna ketiadaan biaya. Dan aku belajar
dari ibu, meski tidak sekolah, tetaplah harus berguna. Ya, berguna dimatamu
ibu.
Mencari rumput,menggembala kambing, membantu ibu
didapur, mengerjakan sesuatu yang ibu sudah tak sanggup adalah pekerjaan yang
menyenangkan, menyenangkan hati ibu plus tanda baktiku pada orang tua.
Aku ingin namaku melekat dihati ibu, aku ingin
membahagiakan ibu dan tak ingin mengecewakannya.
Ibu…, kau bagaikan sinaran mentari yang menyinari
bumi. Menyinari hati anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang kuat, tidak mudah
menyerah dengan keadaan yang ada.
Membicarakan ibu, tak akan ada habisnya, karna sosokmu
terlalu sempurna , hingga aku tak mampu mengurauikannya lebih panjang lagi, cukup
kau adalah wanita yang tegar, sabar, pekerja keras, dan lembut. Meski terkadang
kemarahan keluar dari mulutmu, itu adalah tanda kasih sayangmu.
Ayah
Engkau adalah pahlawan bagi kami, anak-anakmu.
Engkau bekerja keras, membanting tulang demi sesuap nasi untuk keluarga, pengorbananmu
sungguh luar biasa.
Ayah,
anakmu yang satu ini dulunya memang nakal, maafkanlah…
Sosok ayah dulunya berpostur tegap, tapi kini
menyusut seiring dengan bertambahnya usia . Begitu beratkah beban yang harus
dipikulnya? Hingga ayah terlihat kelelahan, ringkih, kulitnyapun coklat
kehitaman karna setiap harinya bergelut dengan panasnya mentari. Sungguh, kerja
keras ayah tak akan kami lupakan.
Kerja keras untuk menyekolahkan kami..., memberikan
pendidikan yang layak.
Ayah selalu
mengajarkan kami untuk kuat.
Pesan ayah, jadilah anak yang menghormati orang tua,
menjaga sopan-santun dan menjaga nama
baik keluarga...semoga ayah. Aku pun berusaha memberikan yang terbaik untuk
ayah, agar namaku melekat dihati ayah.
*orang tuaku adalah pembentuk pribadiku.
Adakah namaku dihatimu?
Aku adalah adik dari kakak-kakakku. Memilili 4 kakak
laki-laki, berarti ada 4 penilaian berbeda dari mereka. Apakah aku sudah
menjadi adik yang baik? Atau malah sebaliknya? Merekalah yang tahu.
Akupun berusaha menjadi adik yang menghormati
mereka, menuruti apa yang menurut mereka baik untukku, menjalin silaturohim, komunikasi
yang baik, dan menciptakan persaudaan. Yang terpenting rukun -rukun selalu.
Mereka adalah contoh, sahabat, penasihat yang baik.
Rasa syukur selalu kuhaturkan pada Allah SWT yang
telah menjadikan mereka kakak-kakakku.
Sebenarnya akupun malu...masa kecilku yang membuat
mereka repot, kenakalanku yang membuat mereka jengkel .
Ya Rabb…, ampunilah
kesalahanku dimasa lampau.
Kenanganku bersamanya tiada terhingga, sedih, senang
kita lewati bersama. Dan membicarakan tentang mereka tidak akan ada habisnya.
Apapun masalah yang menimpaku, aku meminta
pendapatnya....
Termasuk tentang rasa yang hadir untuk seseorang.
Tapi entah kenapa mereka tidak pernah sependapat denganku. Menurut mereka rasa
itu wajar, janganlah terperdaya oleh rasa yang ada. Sempat kecewa, tapi aku
menyadari.
Bukan melarang untuk berhubungan dengan lawan jenis
alias pacaran, tapi mereka tahu mana yag terbaik dan mana yang buruk untukku. Pacaran
tidak hanya melakukan hal yang sia-sia, tapi juga mendekati zina. Mereka lebih
dewasa daripada diriku, mereka lebih banyak makan garam kehidupan , apalagi
tentang cinta.
Terimakasih kakak...sungguh, kalian sangat berjasa
....menyadarkan hati yang keras. Membukakan mata yang sempat buta hanya karena
cinta.
Adakah namaku dihatimu?
Aku adalah kakak dari adik-adikku. Memiliki 2adik,
perempuan dan si bungsu laki-laki.
Seruuu…, menjalani lakon sebagai kakak. Terkadang
rasa marah, jengkel berkecamuk dalam diri karna kenakalan mereka. Kami hanya
berselisih 3 tahun, dan 6 tahun dengan si bungsu.
Masih teringat jelas 16 tahun yang lalu (beberapa
bulan setelah listrik masuk ke desa kami). Ketika ibu mengeluh sakit dibagian
perutnya. Ayah dengan sepeda ontelnya melaju cepat menuju rumah si dukun bayi (dulu
masih mengandalkan dukun beranak, tidak seperti sekarang ketika ingin
melahirkan lebih memilih ke bidan).
Maghrib menjelang, kerabat dekat berkumpul untuk
melihat kelahiran di adik kecil.
Duh, semua orang pada H2C(Harap-harap cemas
maksudnya).Tidak lama kemudian si bungsu lahir dengan selamat....
Semuanya pun bernafas lega..., hari berganti minggu,
minggu berganti tahun.
Ku nikmati untuk menjadi kakak bagi ke-2 adikku, jika
ibu sedang sibuk, terpaksa aku yang ngemong si bungsu.
Kini...ke-2 adikku tlah menginjak remaja. Kekhawatiran
terkadang merasuk dalam diri. Zaman telah berubah, tidak seperti dulu lagi,
tekhnologi sudah canggih, aku khawatir adik-adikku terpengaruh dengan pergaulan
yang tidak baik, lebih -lebih si bungsu. Tak henti-hentinya nasehat meluncur
dari mulutku, bukannya melarang, tetapi
begitu sayangnya diriku kepada mereka.
Ya Rabb...jauhkanlah mereka dari pergaulan yang
tidak baik, dan bimbinglah mereka untuk selalu di Jalan-Mu Aamiin.
Pr ku, sudahkah aku menjadi kakak yang baik untuk
mereka? Selalu dan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk mereka, sebisa
mungkin...
Adakah namaku dihatimu ?
Aku adalah teman dari sahabat-sahabatku ya sahabat, sahabat tempat tuk berbagi, menjalin
persaudaraan antar teman. Jujur, hanya segelintir sahabat yang benar-benar
mengerti tentang aku. Kakak pernah bilang, antara sahabat dan teman itu beda.
Teman belum tentu bisa jadi sahabat, tetapi sahabat sudah tentu bisa menjadi
teman ...
tapi seiring berjalannya waktu, mereka pun akan
meninggalkanku atas nama kehidupan barunya. Eh...bukan, bukan untuk
meninggalkan...tapi lebih untuk membatasi diri, tidak seperti sebelum mengarungi
hidup baru.
''Kamu kapan?'' begitulah sahabatku mengajukan pertanyaan.
Aku? Sungguh, akupun belum tahu. Sampai sekarangpun aku sedang berusaha .
Tawaran ada, tapi kutolak secara halus, bukannya tidak mau, aku hanya belum
siap. Dan ada alasan yang tidak bisa di ganggu gugat, sebelum yang menjadi
alasan itu terwujud, aku tak ingin terburu-buru.
Sahabatku...terimakasih banyak atas kepedulian
kalian terhadapku. Terimakasih banyak atas waktu yang ada untuk kita saling
mengenal...berbagi canda tawa dan belajar untuk menjadi sahabat yang baik.
Semoga dihati kalian ada namaku, ada ruang kosong
untuk mengukir namaku mesk tipis. Dan sebaliknya, aku akan mengukir nama kalian
satu per satu. Bagiku kalian adalah saudara setelah saudara kandungku.
Terimakasih banyakkkkkkk semuanyaaaa..........
Adakah namaku dihatimu?
Aku adalah orang lain dari orang-orang yang belum
aku kenal. Tapi kita tetaplah satu saudara, makhluk ciptaan Tuhan, keturunan
Nabi Adam dan Hawa.
Sebisa mungkin untuk tidak sombong, ramah...terkadang
. Bt juga sih kalau ada orang iseng. Yach...dijalani saja. Hidup teruslah
berputar, jadilah pribadi yang bermanfaat untuk orang lain. Berbuat yang
terbaik untuk hidup yang sebentar ini. Belajar memahami sifat setiap insan yang
kita temui setiap harinya, menyesuaikan, dan beradaptasi dengan lingkungan yang
ada.
Mengukir nama dihati orang lain itu bukanlah dengan
memaksa mereka, tetapi dengan kita melakukan sesuatu yang sangat berkesan untuk
orang lain...sekecil apapun kebaikan kita, pastinya akan dikenang. Meski mereka
tidak tahu nama kita, siapa tahu..ada doa yang dipanjatkan oleh mereka untuk
kita.
Siiiipppp..........sampai disini dulu coretannya, semoga
bermanfaat untuk yang sempat membacanya.
Tetaplah menulis, menulis, dan menulis....dengan
kita menulis, beban akan terasa ringan, pikiran yang keruh berubah menjadi
jernih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar