Senin, 23 Juni 2014

TANTANGAN KBMA LEVEL 2

Nyawa yang Sama
Detik-detik terasa lambat berjalan. Helaan nafas ini begitu tak beraturan, menambah kegundahan rasa. Cemas, kalut, dan perasaan lainnya mendera. Aku seperti orang kebingungan, mondar-mandir di ruang penunggu sembari memanjatkan doa demi kelancaran persalinan istriku . Lamat-lamat kudengar suara erangan mengejan. Ya, Keke sedang berjuang antara hidup dan mati demi kelahiran jabang bayi, anak ketiga kami.
***
Dua tahun yang lalu.
Aku begitu terpukul ketika dokter mengatakan bayi dalam kandungan Keke yang berusia delapan bulan tak lagi bernyawa. Tidak ada keluhan apa-apa, Keke hanya curiga ketika tak ada lagi geraka aktif di dalam perut. Syok, itu yang aku rasakan, lebih-lebih Keke. Karena, ini untuk ke dua kalinya bayi kami mengalami hal yang sama.
“Mas, coba ingat-ingat, apa panjenengan pernah membunuh binatang atau melakukan hal-hal aneh ketika saya hamil?” Tanya Keke dua bulan setelah kejadian itu. Sontak aku kaget, tak mengira Ia akan menanyakan sesuatu yang menjadikanku dilema sepanjang hari. Lalu kucoba mengingat-ingat kejadian yang menurutku janggal.
Tepatnya malam itu, aku akan pulang dari menarik angkot. Kulajukan dengan kecepatan tinggi. Saat kulewati tikungan, tiba-tiba…
“Dasar kucing sialan,” teriakku ketika dikejutkan dengan munculnya kucing yang entah dari mana asalnya. Bukannya berhenti, aku malah melajukan angkot dengan kecepatan tinggi.
Meong…, meong…, meong…
Tak kupedulikan keadaan kucing itu, mau mati ke, hidup ke, toh hanya seekor binatang, pikirku kala itu.
***
“Dasar manusia kejam, tidak punya perasaan.” Suara itu menggelegar, diiringi kilatan cahaya petir. Tepat di depanku, segerombolan Kucing hitam berbulu lebat dengan pancaran matanya yang tajam akan menyerangku.
“Meong, meong, meong, karma itu akan datang, dan datang lagi,” ancamnya penuh kemarahan. Aku terperanjat dan terbangun dari mimpi.
“Kucing? Karma? Datang lagi? Apa maksudnya?” Aku belum sadar sepenuhnya tentang mimpi yang baru saja terjadi.
Namun, setelah mimpi itu hari-hariku dihinggapi rasa takut, sangat takut. Apalagi ketika bayi yang sedang dikandung istriku meninggal.
“Mungkin Allah belum menakdirkan anak kita melihat dunia ini, Ma,” hiburku untuk menguatkannya.
***
“Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius.”
“Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri. kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.” Ceramah Kyai Fahrur menyentakku.
Innalilahi wainnailaihi roji’un. Hatiku bergetar hebat, tubuhku lemah. Kusandarkan tubuh ini di dinding shaf paling belakang, menahan rasa bersalah yang mampu menohok ulu hati.
Astaghfirullahhal’adzim. Maafkan aku, Ma. Berkali-kali kuucapkan istighfar diiringi air mata yang kian bercucuran. Aku telah membunuh anakku sendiri.
“Lakukan selametan atas kematian kucing yang pernah kamu tabrak, Nak. Dan jangan lupa minta ampunlah pada Allah, InsyaAllah calon bayi kamu akan selamat.” Begitulah nasihat Pak Kyai setelah aku curhat padanya..
***
“Mueeza, makanan sudah siap.” Kucing berbulu kuning kecokelatan berlari mendekatiku, lalu makan dengan lahapnya. Meski Keke selalu protes dengan kelakuan Kucing yang selalu tidur sembarangan dan kerjaannya mengorek-orek sampah, tapi aku tetap memeliharanya.
“Ma, Kucing itu tidak najis lho, badan, keringat, bekas dari sisa makanannya adalah suci. Liurnya bersih dan membersihkan, serta hidupnya lebih bersih daripada manusia. Mungkin ini pula lah mengapa Rasulullah SAW sangat menyayangi Kucing,” jelasku pada Keke.
“Kok bisa,” tanyanya penasaran.
“Karena pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia. Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya. Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya.”
***
Tangis bayi yang keras menyentakku…aku sudah masuk ke tempat Keke berbaring lemah. Mukanya pucat tapi ia sudah kembali tersenyum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar