Minggu, 15 Juni 2014

RINDU UNTUK AYAH







Jakarta, 15 Juni 2014

Assalamu’alaikum


            Ayah, bagaimana kabarnya hari ini? Semoga Ayah dalam keadaan sehat selalu, begitupun dengan saya. Tidak terasa satu tahun lamanya kita tak jumpa, rasa rindu ini begitu membelenggu dalam kalbu. Ingin rasanya berjumpa dengan Ayah yang ada di Kampung halaman. Jauh dari Ayah adalah sesuatu yang sangat berat, tapi bukankah dengan demikian dapat melatih diri untuk lebih mandiri? Ya, mandiri. Beratus-ratus kilo jarak yang memisahkan kita tak akan pernah menghapus wajah Ayah, apalagi kenangan yang pernah ada.

Ayah, lihatlah anakmu yang satu ini. Dulunya bandel dan suka berlaku tidak sopan. Tak terelakan lagi, Ayahpun sering marah karena tingkah lakuku tak pernah berubah.  Tapi, kemarahan Ayah adalah wajar, masih sebatas menasihati. Memberikan penjelasan bahwa itu salah. Dan, anakmu ini… Ah, sungguh, nasihat Ayah tak pernah dihiraukan.

 Masih teringat jelas, kenangan saat kecil dulu. Ketika musim hujan, Ayah membelikanku payung kecil berwarna kuning dengan gambar lucu. Betapa bahagianya saat itu. Sampai sekarangpun kenangan itu tersimpan rapi dalam memori otakku.

Ayah, maafkan Siti yang dulunya menolak ketika disuruh mencuci piring, selaluu saja mengandalkan Ayah. Begitu juga ketika Siti menyerahkan si Bungsu pada Ayah karena Siti tidak mau menjaganya. Sebagai anak perempuan paling besar seharusnya Siti lebih rajin, tapi malahan lebih banyak bermain dengan teman-teman.

Yah, jangan lupa jaga kesehatan ya? Siti tidak ingin Ayah jatuh sakit lagi. Kesehatan itu penting lho, jadi jangan ngoyo dalam bekerja. Ingat, tubuh Ayah tak lagi setegap dulu. Usia Ayahpun tak lagi muda. Penyakit mudah sekali menyerang. InsyaAllah Siti bisa meringankan beban Ayah. Di sini Siti bekerja juga untuk keluarga, untuk kepentingan bersama. Bagi Siti, keluarga adalah yang utama.

“Terimakasih banyak” Ungkapan ini special untuk Ayah. Karena Ayah sudah bekerja keras untuk menyekolahkan kami. Meski hanya sampai SMP, tapi itu sudah cukup. Beban Ayah sudah terlalu berat. Menghidupi 7 anak beserta istri adalah tanggung jawab yang tidak mudah. Tapi Ayah sanggup menjalaninya

Tidak terasa sebentar lagi puasa. Dan hari-hari yang sangat Siti nantikan adalah menjelang mudik. Tunggu kedatangan anakmu ini, Yah. Siti sudah tidak sabar lagi ingin bertemu Ayah. Memeluk dan mencium tangan Ayah. Semoga kita selalu dalam LindunganNya, hingga dipertemukan kembali saat Lebaran nanti. Aamiin. I miss Ayah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar